Sembilan bulan lewat sudah sejak artikel ‘Defining Islamic Modernity‘ saya submit di akhir tahun. Saya sudah mulai mengikhlaskannya, dan bahkan mulai lupa judul lengkap artikel yang terkirim. Saya mulai menimbang-nimbang lagi celengan manuskrip mana yang dapat dan perlu diutak-atik agar tidak salah kirim artikel yang sama ke jurnal yang berbeda. Etika publikasi memang begitu. Kita tidak boleh mengirimkan 1 artikel yang sama ke beberapa jurnal. Kalau sudah ditolak atau ditarik kembali oleh penulisnya, baru boleh dikirimkan ke jurnal lain.

Tanggal 8 Oktober 2018 itu, server Unesa sedang bermasalah, dan email Unesa ikut terdampak. Seharian saya tidak mengecek Single Sign On (SSO) dan email Unesa. Presensi dan jurnal perkuliahan saya isi secara manual karenanya. Baru kemudian di malam hari saya iseng cek email.

Mak deg…ada email masuk dari Culture and Religion:

08-Oct-2018

Dear Dr Retnaningdyah:

Your manuscript entitled “Defining Islamic Modernity through Creative Writing: A Case Study of Indonesian Domestic Workers in Hong Kong”, which you submitted to Culture and Religion, has been reviewed. The reviewer comments are included at the bottom of this letter.

The reviews are favourable and suggest that, subject to minor revisions, we would like to publish your paper in the journal.  Please consider these suggestions, and I look forwards to receiving your revision.

These are very minor revisions, which we would hope you can make quickly if possible………..

Seperti anak kecil dapat permen coklat, saya tarik dan peluk Adzra, yang melongo melihat ibunya yang sedang euphoria. Alhamdulillah. Lega sekali rasanya.

Baru setelah lebih tenang dari overexcitement yang saya rasakan, email saya baca kembali, mencoba mencermati catatan revisi yang diberikan reviewers. Very minor revisions. Praktis tidak ada komentar tentang konten, hanya diminta menambahkan 1 paragraf untuk menjelaskan Forum Lingkar Pena lebih detil di bagian awal. Ada 2 catatan kecil yang tidak perlu mikir untuk mengubahnya. Saya endapkan pikiran selama 1 hari sebelum menyentuh kembali manuskrip dan menambahkan catatan yang diminta reviewer. Revisi langsung saya kirim pada tanggal 9 Oktober 2018.

Proses setelahnya berjalan begitu cepat. Hari berikutnya saya mendapatkan 3 email berturut-turut: revisi diterima, artikel siap publish, dan kemudian Agreement form yang harus saya tandatangani secara online. Begitu urusan Agreement beres, artikel sudah pindah ke bagian editing, yang memastikan layout tepat dan tidak ada kesalahan dalam ejaan, tanda baca, dan kesesuaian referensi. Dua hari kemudian, tanggal 12 Oktober 2018, saya menerima proof of review dari bagian editing. Di file pdf yang saya terima, artikel sudah dalam layout publikasi, tapi ada catatan-catatan yang harus diperbaiki. Di file ini saya baru tersadar ada logo Routledge. Tambah ndredeg mau revisi urusan tanda baca.

Ternyata masih ada saja yang terlewat. Entah terlalu banyak space, lupa menyebutkan nama kota di mana Unesa berada, sampai halaman bab dari beberapa referensi yang saya pakai. Bener-bener deh. Tidak boleh ada celah kesalahan sama sekali. Semua referensi harus bisa dicek secara online.

 

Mau tidak mau saya buka lagi tesis saya (dan ternyata nemu kesalahan yang sama). Saya cek buku-buku di perpustakaan rumah, kumpulan cerpen BMI-HK yang saya gunakan sebagai sumber data. Saya buka EndNote and Mendeley saya, mencari ebooks dan artikel jurnal yang saya rujuk. Revisi minor tidak berarti bahwa kesalahan tanda baca dan referensi dapat ditolerir. How minor is minor revision?

Bagian editing tidak menerima revisi lagi, dan apapun yang dikirim setelah revisi tahap ini akan dipublish apa adanya. Koreksi lebih dari 30 kesalahan akan berdampak pada sejumlah biaya yang dibebankan kepada penulis. Lha saya tidak mau keluar uang, wong untuk publikasi ini saya tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Saya cermati kembali manuskrip sampai ke titik koma dan jarak ketukan antar kalimat.  Huh…benar-benar serasa seperti masa-masa menulis tesis. Akhirnya dua hari kemudian (14/10/2018) saya submit revisinya. Automated reply system langsung memberikan jawaban bahwa proses submit berhasil.

Usaha keras sudah dilakukan, dan saatnya tawakkal. Semoga proses publikasi lancar. I’ve done my best, let Routledge do the rest. Sesuai informasi di email yang terkirim sebelumnya, perlu proses 2 bulan sebelum artikel siap publish secara online. Nah…ketika Anda membaca bagian ini, berarti artikel saya sudah dinyatakan publish secara online. Artinya, hanya 5 hari dari tanggal saya mengirimkan revisi terakhir. Artikel sudah mendapatkan DOI number berikut: 10.1080/14755610.2018.1535443, dan dapat di-search sumbernya secara online.

Artikel ini masih menunggu proses dimasukkan ke volume dan issue berapa. Informasi ini penting untuk keperluan sitasi. Meskipun begitu, sebagai author, saya diijinkan untuk memberikan 50 free online copies kepada teman dan kolega yang tertarik membaca full textnya. Bila Anda berminat membaca versi onlinenya, silakan klik tautan berikut:

https://www.tandfonline.com/eprint/dUBSadFswXzMu4UYmZrs/full

Bila Anda berhasil mengunduh artikelnya, berarti Anda beruntung mendapatkan unduhan gratisan secara resmi dari penerbitnya. Namun bila ternyata jatahnya sudah keduluan pembaca lain, jawil saya saja. Selalu ada cara lain untuk berbagi…hehehe.

Selamat membaca, semoga kontennya memberi manfaat. Semoga cerita lika-liku publikasi juga memberikan semangat pantang menyerah bagi siapa saja yang bergelut di dunia akademik.

Jangan lupa pula bahwa pencapaian di dunia akademik bukan hanya ditentukan oleh publikasi di jurnal internasional. Seberapa bermakna ilmu yang kita punya untuk masyarakat luas, itulah yang seharusnya menjadi tujuan utama.