Hari ini hari kerja (resmi) pertama di tahun 2021. Yang tidak resmi adalah pekerjaan yang tetap mewarnai hari-hari libur. Termasuk libur Tahun Baru. Nah, agenda pagi ini termasuk agenda visioner. Tidak pakai undangan resmi dan belum butuh surat tugas. Tapi penting diikuti.
Saya ikut diskusi dengan sejumlah akademisi dan pegiat literasi tentang pengembangan keilmuan literasi di Indonesia. Acara ini diinisiasi oleh Pascasarjana UNY. Dari Unesa ada Bu Prof. Kisyani, Ketua Pusat Studi Literasi Unesa dan adik cantik Prima Asteria. Selain itu, ada beberapa teman dari Satgas GLS Kemendikbud juga, seperti Mbak Sofie Dewayani, Mbak Tati Wardi, Mas Wien Muldian, dan Mas Billy Antoro. Ada juga teman-teman akademisi yang menekuni Kajian Literasi Baru, seperti Pak Irfan dari Binus, Mas Firman Parlindungan dari Univ. Teuku Umar Banda Aceh, dan dik Zulfa dari Pusat Literasi Unnes.
Topik yang kami bahas amat fokus. Satu hal yang dibedah adalah urgensinya mendirikan sebuah prodi yang fokus pada pengembangan literasi. Namanya bisa saja Pendidikan Literasi. Usulannya adalah untuk tingkat S2 atau S3. Prodi sejenis sudah berkembang di banyak perguruan tinggi di negara-negara maju. Di Indonesia sendiri jelas belum ada.

Meskipun begitu, sudah ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang menawarkan mata kuliah literasi. Baik di jenjang S1, S2 atau S3. Baik sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Tentu saja tiap perguruan tinggi memiliki pertimbangan sendiri-sendiri. Yang jelas, saat ini sudah semakin banyak kegiatan atau praktik literasi yang dilakukan di sekolah, komunitas, maupun di rumah. Jadi perlu semakin banyak studi empiris tentang literasi di Indonesia agar ada rekam jejaknya.
Di Unesa sendiri, alhamdulillah sudah ada mata kuliah Literacy in Education/Literasi dalam Pendidikan di jenjang S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra. Mata kuliah ini sudah ditawarkan sejak tahun akademik 2016/2017. Selama ini saya mengajar di kelas-kelas konsentrasi Pendidikan Bahasa Inggris, sedangkan bu Prof. Kisyani dan Pak Suhartono mengajar di kelas-kelas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari mata kuliah yang sudah saya ampu selama lima tahun terakhir ini bermunculan tesis-tesis dan publikasi ilmiah bertemakan literasi. Biasanya mahasiswa S2 memilih saya sebagai Pembimbing karena tertarik dengan literasi. Untuk jenjang S1 sendiri, sejak tahun 2019 ada mata kuliah Literasi Digital yang sifatnya wajib untuk semua mahasiswa Unesa.
Prof. Nizam, Dirjendikti Kemendikbud berkenan memberikan sambutan dan menyampaikan paparan singkat. Beliau mendukung pengembangan disiplin literasi di Indonesia. Sebagai sosok yang menggawangi Puspendik sebelumnya, beliau amat paham bahwa literasi adalah salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa Indonesia. Prof. Nizam juga menekankan pentingnya literasi sebagai kajian interdisipliner. Ini penting karena literasi bukan hanya tanggungjawab pendidik di bidang bahasa.

Satu pertanyaan yang mengemuka adalah, ‘lulusannya nanti akan menjalankan profesi apa?’ Ya itu tantangan yang perlu kita jawab. Profesi dapat dan perlu diciptakan karena ada kebutuhan di lapangan. Di luar negeri sudah jamak ada peran-peran seperti reading specialist atau literacy coach untuk membantu sekolah mengembangkan program literasi. Nah, peluang seperti inilah yang perlu diciptakan.
Menggeluti literasi sebagai pegiat dan sebagai akademisi, saya bisa merasakan betapa literasi masih dianggap kurang penting, bahkan di ilmu kebahasaan. Saya suka menggunakan analogi kursi dengan 3 kaki. Kalau kursi itu adalah Pendidikan Bahasa, maka 3 kakinya adalah Bahasa, Sastra, dan Literasi. Analogi ini saya pinjam dari sebuah buku dengan judul Language, Literacy and Literature karya Alyson Simpson. Saya sudah pernah menulis tentang hal ini di blog saya yang lain di sini.

Kesempatan mengembangkan literasi secara interdisipliner punya potensi besar di dunia akademik di tanah air. Semoga tidak kemudian dipermasalahkan karena kita masih sibuk dengan linieritas yang dimaknai secara kaku. Ayo terus bergerak!
Kebraon, 4 Januari 2021
Berita bagus Bu, Masalah linieritas dan kerja apa sepertinya urusan nanti, apa Lagi sudah di tingkat Pasca akan bisa memunculkan specialist
Betul banget mas Agus. Memulai sesuatu memang akan memberikan lebih banyak tantangan, namun bisa membuka jalan untuk banyak kesempatan.