Pagi ini Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris, bu Ririn Pusparini, mengajak tim pengajar PPG/PLPG melakukan rapat persiapan dan penyamaan persepsi PPG Pra jabatan dan PLPG. Salah satu isu yang banyak ditanyakan guru/calon guru adalah bagaimana memunculkan literasi dalam proses pembelajaran. Memang selama ini masih ada persepsi bahwa literasi di sekolah adalah kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Ketika kemudian ada ‘tuntutan’ untuk mewarnai pembelajaran dengan literasi, sebagian guru memersepsikannya sebagai kegiatan 15 menit membaca selama pelajaran.

 

Perlu dipahami bahwa kegiatan membaca ini hanyalah titik awal dalam pengembangan budaya literasi di sekolah. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembiasaan dan pengembangan minat baca warga sekolah (siswa, guru, staf, kepala sekolah). Di sisi lain, pembelajaran yang inovatif, kritis, dan kreatif memerlukan penerapan berbagai strategi literasi dalam pembelajaran. Ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran bahasa, namun untuk semua mata pelajaran.

 

Berbagai penelitian dan praktik yang baik tentang literasi dalam pembelajaran meyakinkan kita bahwa sebenarnya para guru sudah menerapkan berbagai strategi. Hanya saja kita tidak/belum mengenalnya sebagai contoh strategi literasi dalam pembelajaran. Banyak guru yang kemudian bertanya bagaimana caranya menerapkan literasi dalam pembelajaran. Padahal saat PLPG yang baru lalu, guru-guru yang ada di kelas saya merasa lega ketika ditunjukkan bahwa beberapa strategi yang mereka gunakan dalam praktik pembelajaran adalah strategi literasi.

 

Tantangan ini membuat kami perlu menyamakan persepsi. Materi apa yang perlu disampaikan agar pelaksanaan PPG/PLPG dapat terkawal dari hulu sampai ke hilir. Kabar baiknya, Satgas Gerakan Literasi Sekolah Dikdasmen sudah menyusun materi strategi literasi dalam pembelajaran untuk SD dan SMP. Saya sendiri ikut mengembangkan modul SMP.

 

Literasi dalam pembelajaran mengacu pada sebuah kerangka yang dikenal dengan Multiliteracies Pedagogy Framework yang dikembangkan oleh New London Group. Ada 4 (empat) aspek di dalamnya, yakni Situated Practice, Overt Instruction, Critical Framing, dan Transformed Practice. Secara lebih ringkas, kerangka multiliterasi dapat diwakili oleh peta konsep di bawah ini.

multiliteracies

Secara lebih sederhana, kerangka multiliterasi ini dapat diterjemahkan secara lebih membumi di RPP dan Praktik Pembelajaran. Di dalam modul literasi dalam pembelajaran sudah dicantumkan sebuah checklist indikator literasi dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakannya untuk mengecek ada tidaknya strategi literasi di RPP dan/atau praktik pembelajaran. Salah satu poin yang ditekankan di dalam pembelajaran berstrategi literasi adalah pemaknaan kata ‘teks.’ Teks tidak hanya berupa cetak, namun juga audio, visual, audiovisual, digital, gerak, gesture, dan tactile (terkait dengan hal yang bisa disentuh). Dengan demikian, pembelajaran yang baik perlu memanfaatkan teks yang bersifat multimoda. Di dalam modul tersebut juga tersedia berbagai contoh pengatur grafis (graphic organizer) yang amat membantu mempelancar proses pembelajaran dan membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan.

 

Semester yang lalu ada beberapa mahasiswa S2 Unesa konsentrasi Pendidikan Bahasa Inggris yang menulis tesis dengan topik literasi. Ada yang meneliti tentang strategi literasi dalam buku teks Bahasa Inggris, penerapan strategi literasi di kelas, pemanfaatan berbagai pengatur grafis, dan eksplorasi kerangka multiliterasi di sebuah SMP di Lombok. Tesis-tesis ini menjadi bagian dari komitmen Unesa untuk mengembangkan kajian literasi di Indonesia.

 

Di bawah ini saya cantumkan checklist indikator literasi dalam pembelajaran yang disarikan dari berbagai sumber. Checklist ini sudah diujicobakan dalam berbagai kesempatan bimbingan teknis intruktur Kurikulum 13 yang diselenggarakan oleh Dit SMP Dikdasmen. Para peserta adalah guru 15 mapel (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sains, IPS, PPKN, Seni Budaya, Pendidikan Agama Islam, Agama Kristen, Agama Katolik, Agama Buddha, Agama Hindu, Konghuchu, Prakarya, dan PJOK). Para guru ini mengembangkan RPP dengan strategi literasi dan menerapkannya dalam praktik pembelajaran.

 

indikator literasi dalam pembelajaran

Buat teman-teman guru mapel apa saja, silakan memanfaatkan checklist ini untuk mengembangkan pembelajaran yang kental warna literasinya. Semoga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan inovatif.

 

Salam literasi!